zmedia

PIKIRAN MARSHEL ADALAH PIKIRAN GELAP KITA

Assalamualaikum sahabat.

Kali ini saya tertarik memposting tulisan seorang teman yang dipublikasikan dari akun facebooknya.
Sekira dua pekan lalu. Gedung Bareskrim Mabes Polri ramai-- para jurnalis berbagai media. Mereka menunggu Marshel Widianto. Seorang komika kawakan tanah air. Yang terjerembab dugaan kasus pornografi. Karena membeli konten-- Dea Onlyfans.
...
Marshel tiba sekitar pukul 10 pagi waktu Jakarta. Marshel tampak santai. Seperti tidak ada beban sama sekali. Walau hampir seluruh mata tertuju kepadanya.
...
Marshel menggunakan kaos oblong-- warna hitam. Di tengahnya terdampak gambar. Sebuah ilustrasi-- tangan dikepal. Itu semiotic sepertinya-- Marshel melawan. Rambutnya kriting terjuntai sebahu. Masker warna putih. Beberapa orang terlihat mendampingi. Salah satunya seorang pria berkepala plontos.
...
Sejumlah wartawan lalu menodong pertanyaan. Tapi Marshel tetap santai. Tidak terpancing dengan sejumlah pertanyaan. Bahkan, Marshel tetap tenang. Sempat tertubruk kamera wartawan. Lalu sebuah kalimat keluar dari mulutnya. Kalimat cukup menohok. “Gue ga apa-apa anying”-- headline di media. Wkwkwk
...
Setelah itu, Marshel bungkam. Tidak menjawab lagi. Tidak berkomentar lagi. Marshel tetap berjalan ke depan. Cukup pelan. Masih dalam kerumunan wartawan. Kilatan foto. Sorotan kamera video. Tidak terhindarkan. Marshel tidak menggubris.
...
Usai menjalani pemeriksaan. Barulah Marshel buka mulut. Lebar-lebar. Tentang kenapa dirinya membeli video Dea. Termasuk sempat curhat. Tentang tadi ketika hendak turun dari mobil. Dengan ekspresi santai. Marshel mengaku dirinya didorong-dorong. Kalimat itu lalu membuat sejumlah wartawan tertawa.
...
Seperti sedang stand up. Di depan para wartawan. Sambil tertawa, dirinya menjawab sejumlah pertanyaan. Dan disitulah terungkap. Marshel mengakui membeli video Dea. Tapi untuk konsumsi pribadi. Marshel juga bercerita tentang dirinya. Ketika menjelaskan pertanyaan inisial M kepada Ibunya.
...
Katanya, ketika ditanya oleh sang Ibu. Marshel menjawab jika inisial M itu adalah Mandra. Cerita sontak membuat orang tertawa. Tidak terkecuali Marshel sendiri. “Bercanda, bercanda”. Ya, Marshel ngejokes. Itu menghibur. Meski begitu. Marshel tidak lupa minta maaf. Jika dirinya dinilai membuat gaduh.
...
Marshel mengaku mengenal Dea. Melalui sebuah podcast. Lalu mencoba mencari kontak. Kemudian dapat, lalu dihubungi. Diceritakanlah jika Dea sedang tidak baik-baik. Marshel bahkan mengaku jika Dea ingin bunuh diri. Tapi kemudian ditenangkan. Hingga melewati masa suram itu.
...
Tentu itu hal baik dari Marshel. Sayang tidak tercover. Rasa-rasanya, orang-orang terlampau terhibur. Oleh otak mesum Marshel-- lebih mudah diputar. Kita semua tahu. Ruang gelap itu begitu tertutup. Sulit untuk mengakuinya. Rasa-rasanya begitu kan. Coba tanya ke diri.
...
Padahal langkah Marshel. Dan ketenangan Marshel. Menemani dan mendengar cerita Dea. Membuatnya lupa untuk bunuh diri-- itu seakan-akan kabur. Padahal, diposisi itu tak semua orang bisa. Apalagi konotasi Dea-- sudah terlanjur buruk dimata orang-orang. Terutama mereka yang menghujatnya-- di twitter.
...
Barangkali karena Dea nyaman. Juga merasa aman. Komunikasi itu berlanjut. Hingga pada konten Dea di onlyfans. Lagian, video tidak dibeli melalui aplikasi. Takut ada potongan. Sehingga uang pembelian tidak full-- ke Dea. Demi menjaga ketersinggungan. Pembelian itu juga dilabeli tukar konten.
...
Marshel juga berharap. Apa yang dilakukan itu dapat membantu Dea. Marshel iba sekaligus penasaran. Karena Dea kekurangan ekonomi. Soal yang satu ini. Sungguh mengerikan-- apapun dilakukan-- mencuri, membunuh juga jual diri. Dan Marshel tahu betul itu. Marshel punya pengalaman. Sangat banyak. Dan hanya segelintir orang saja yang tahu.
...
Di podcast Deddy Corbuzier. Marshel sempat menangis. Marshel mempertanyakan berita tentang dirinya. Katanya, sangat ramai-- saya seperti Justin Bieber. Marshel merasa aneh. Kenapa bisa seperti itu-- saya tidak korupsi, tidak nonton bokep di Gedung DPR-- bangcad. Hahaha
...
Keanehan itu memang agak terasa. Sedari awal pun juga. Ketika misalkan keluar inisial M. Itu seperti mengundang kegaduhan. Atas kasus yang receh-- orang dewasa beli bokep. Bukankah itu menyinggung banyak orang-- penikmat gratis via vpn.
...
Lagian ya, memang sulit menerima. Tentang diri ini yang gelap. Selalu saja kita cuci tangan-- menunjuk orang. Padahal diri kita sama bangsatnya dengan Marshel. Jika itu kita nilai bangsat. Bisa dikata, lebih terhormat Marshel. Dia membeli bos.
..m
Kegelapan di ruang-ruang privat individu. Seperti kita mau mahfumkan jika masih tertutup-- yang sebenarnya sama saja salahnya. Tapi akan menjadi cacian jika celaka-- itu terungkap. Padahal kita semua saja. Termasuk para jurnalis yang meliput Marshel itu. Juga para polisi yang melakukan penyelidikan di kasus ini.
...
Dari kasus Marshel ini. Dapat kita ungkap. Bahwa sangat banyak dari kita egois setengah mati. Hanya menerima kebaikan dan menolak keburukan. Yang sebenarnya. Dan sesungguhnya kita ada pada keduanya-- kebaikan dan keburukan. Dan itulah kesempurnaan dan keseimbangan itu.

#akumencintaimu

Penulis : Sofyan Basri

Sekian sahabat.
Wassalam

Posting Komentar untuk "PIKIRAN MARSHEL ADALAH PIKIRAN GELAP KITA"