Di Baghdad yang terkenal dengan kisah-kisah ajaibnya, hiduplah seorang kakek tua yang telah menghabiskan sebagian besar hidupnya mengembara dari satu negeri ke negeri lain. Tujuannya hanya satu: mencari kebahagiaan.
Suatu hari, ketika ia beristirahat di sebuah oase sunyi yang dipenuhi angin gurun, kakek itu melihat seekor burung pipit berwarna indah, bersinar seperti permata kecil. Ia berhasil menangkap burung itu, dan betapa terkejutnya ia ketika burung tersebut berbicara.
“Wahai Kakek, lepaskan aku,” kata burung itu lembut. “Jika kau membebaskanku, aku akan memenuhi satu permintaanmu.”
Sang kakek mengernyit, lalu berkata,
“Baiklah… kalau begitu jawab pertanyaanku: di mana, kapan, dan bagaimana aku memperoleh kebahagiaan?”
Burung itu menatapnya lama sebelum menjawab,
“Pertama: jangan percaya siapa pun kecuali Tuhan.
Kedua: jangan berharap sesuatu yang tidak akan mampu kau capai.
Ketiga: jangan sesali masa lalumu.”
Mendengar tiga nasihat itu, sang kakek merasa puas. Ia pun melepaskan burung tersebut.
Namun begitu bebas, burung itu mengepakkan sayap sambil mengejek dari kejauhan.
“Dasar kakek bodoh!” serunya. “Kalau saja tadi kau tidak melepaskanku, aku bisa memberimu telur emas!”
Sang kakek terkejut dan menyesal. Dibutakan oleh rasa kecewa, ia mengejar burung itu hingga pipit kecil tersebut hinggap di cabang pohon cemara. Kakek itu mencoba meraihnya… dan malah terjatuh dan pingsan.
Ketika ia sadar kembali, burung itu sudah berada di sampingnya.
“Lihat, manusia memang mudah lupa,” kata si burung sambil menggelengkan kepala.
“Baru beberapa menit lalu aku memberimu jalan menuju kebahagiaan, kau sudah melanggarnya.”
Burung itu mengulang tiga nasihat pentingnya:
-
"Jangan percaya siapa pun kecuali Tuhan."
“Aku ini hanya burung. Mengapa kau percaya ucapanku tentang telur emas?” -
"Jangan berharap sesuatu yang tidak akan mampu kau capai."
“Kau memaksakan diri meraihku, padahal itu mustahil. Akibatnya kau celaka.” -
"Jangan sesali masa lalumu."
“Mengapa menyesal melepaskanku? Keputusanmu sudah terjadi, tidak bisa diulang.”
Setelah berkata demikian, burung itu mengepakkan sayap dan terbang tinggi.
Sebelum menghilang di langit Baghdad, ia berkata,
“Aku hanyalah malaikat kecil yang diutus untuk mengingatkan manusia agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama.”
Dan sang kakek hanya bisa memandang kosong ke arah angkasa, menyadari betapa mudahnya manusia lupa terhadap nasihat yang sebenarnya sederhana.
Semoga kita tidak menjadi seperti sang kakek — selalu menyesali masa lalu dan lupa bahwa kebahagiaan lahir dari hati yang menerima, bersyukur, dan percaya kepada Allah.
Posting Komentar untuk "🐦 Burung & Sang Kakek — Kisah Hikmah dari Baghdad"
Komentar tetap pakai ADAB!
Posting Komentar